Archive for October, 2014

KALIMAT DASAR

Posted: October 22, 2014 in Uncategorized

KALIMAT DASAR

I. Pengertian Kalimat Dasar
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa.

II. Struktur Kalimat

Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.
Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.

1. Ciri-Ciri Subjek
• Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Contoh :

1. Febri memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Febri (maka febri adalah S sedangkan
memelihara adalah )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku
S P

2. Ciri-Ciri Predikat

 Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
 Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
 Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3. Ciri-Ciri Objek
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
 Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
 Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
 Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Ciri-Ciri Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
 Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
 Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :

a) Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang (maka parang sebagai pelengkap)
b) Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

5. Ciri-Ciri Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:

Sinta sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Sinta sudah membuat tiga kue .
Sinta dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

III. Pola Kalimat

POLA KALIMAT
Pola Kalimat Bahasa Indonesia merupakan susunan kata dalam bahasa baik bentuk lisan ataupuntulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Jadi pola bisa diartikan dengan susunanataupun bentuk. Kalimat adalah gabungan antara dua kata ataupun lebih yang mempunyai pengertian untuk mengungkapkan sesuatu. Kalimat merupakan satuan dasar wacana, artinya wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat atau lebih yang letaknya berurutan berdasarkan kaidah kewacanaan. Adapun ciri-ciri kalimat yaitu sebagai berikut:
1. Berwujud dalam bentuk lisan dan tulisan.
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
3. Predikat transitif disertai objek, sedangkan predikat intransitif dapat disertai pelengkap.
4. Mengandung pikiran yang utuh.
5. Menggunakan urutan logis dan setiap kata mengandung fungsi (subjek, predikat, objek dan keterangan) dan disusun menurut fungsinya.
6. Mengandung makna, ide, ataupun pesan yang jelas.
Dilihat dari segi bentuk pola kalimat bahasa Indonesia dapat dirumuskan sebagai kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata atau kelompok berbeda-beda. Antara kalimat dan kata terdapat satuan sintaksis, yaitu “klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas predikat dan objek. Sedangkan frasa adalah sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa terdiri atas unsur predikat atau subjek, baik menyertakan objek, pelengkap, keterangan, maupun tidak, misalnya:
• Dia cantik
S P
• Anak itu makan kue
S P O
Dan yang tak kalah penting dalam pola kalimat bahasa indonesia adalah unsur kalimat karena merupakan kerangka dari sebuah kalimat. Adapun unsur-unsur dalam kalimat adalah:
1. Subjek/pokok kalimat adalah unsur utama dalam sebuah kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat.
2. Predikat dapat berupa benda, kata kerja, ataupun kata sifat akan tetapi prediket dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan.
3. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nomina. Objek berfungsi membentuk kalimat dasar dan menperjelas makna kalimat.
4. Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi dalam sebuah kalimat, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
5. Keterangan berfungsi melengkapi dan menjelaskan informasi pesan-pesan kalimat. Keterangan mempunyai fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya.
Mungkin hanya sekian saja pembahasan dari kami mengenai pola kalimat bahasa indonesia da jangan lupa baca artikel bahasa indonesia lainnya dari kami semoga bermanfaat dan berguna bagi kita semuanya.

IV. Macam Kalimat

1. KALIMAT LENGKAP

• minimal memiliki subjek dan predikat
• majas merupakan kalimat lengkap
contoh: Andri( S ) membeli( P ) bola basket( O )
Andri( S ) pergi( P )

2. KALIMAT TIDAK LENGKAP
• kalimat yang hanya memiliki subjek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja
• berupa semboyan, salam, ajakan, perintah pertanyaan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman
contoh: selamat sore!
kapan bertanding?

3. KALIMAT AKTIF

• subjeknya melakukan pekerjaan atau aktifitas
• predikat diawali me- atau ber-
• ada 2 jenis kalimat aktif, transitif (memiliki objek) dan intransitif (tidak memiliki objek)
contoh: -transitif: Andri membeli bola
-intransitif: Andri berkelahi

4. KALIMAT PASIF

• subjek dikenakan pekerjaan atau aktifitas
• diawali awalan di- atau ter-
contoh: bola basket itu dimasukkan oleh Andri

V. Kalimat Majemuk Setara dan Lengkap

 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsur atau bagian-bagiannya mempunyai hubungan sederajat, atau dengan kata lain, kalimat yang terjadi dari gabungan beberapa kalimat tunggal yang setara. Dalam kalimat majemuk setara kedudukan pola-pola kalimat sama tinggi, tidak ada pola kalimat yang menduduki satu fungsi dari kalimat yang lain.
5. Contoh kalimat majemuk setara :

Kegiatan pramuka tidak sebatas berkemah, namun ada banyak jenis kegiatan lainnya.
Kalimat diatas terdiri atas dua kalimat yang dihubungkan dengan menggunakan kata penghubung, yaitu “namun”.

1. Kegiatan pramuka(S) tidak sebatas berkemah(P)
2. Ada banyak(P) jenis kegiatan lainnya(S)

Dua buah kalimat tunggal (1) dan (2) apabila digabungkan menjadi satu dengan menggunakan kata penghubung “namun”, akan menghasilkan sebuah kalimat majemuk setara yang mengandung hubungan pertentangan.

Jenis-jenis kalimat majemuk setara, diantaranya :

1. Kalimat setara sejajar atau menggabungkan.

Contoh kalimat: Dia menanam bunga serta rajin menyiraminya.

2. Kalimat setara berlawanan atau mempertentangkan.

Contoh kalimat: Johan tidak menulis surat, tetapi hanya sebatas menggambar.

3. Kalimat setara sebab-akibat.

Contoh kalimat: Penduduk Kota Surabaya panik lantaran terjadi gempa bumi.

4. Kalimat setara memilih.

Contoh kalimat: Dia bisa menunggu atau menemuinya langsung.

5. Kalimat setara menguatkan.

Contoh kalimat: Petinju itu bukannya keletihan, bahkan semakin kuat.

 Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh kalimat Lengkap :
• Presiden SBY (S) membeli (P) buku gambar (O)
• Si Jarwo (S) Pergi (P)
• PKI (S) digagalkan (P) TNI (O)

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
http://ronald-koeman.blogspot.com/2012/10/pengertian-struktur-pola-dan-macam.html
http://www.teksdrama.com/2013/05/contoh-kalimat-majemuk-setara.html

DIKSI (Pilihan Kata)

Posted: October 19, 2014 in Uncategorized

Diksi (Pilihan Kata)

PENGERTIAN DIKSI

Diksi dalam artian yang pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis dan pembicara. Atinya yang kedua adalah enusiansi kata.

seni bicara yang jelas sehingga dapat di pahami oleh pendengar.

Pengertian diksi atau pilihan kata jauh lebih luas dari apa yang di pantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja di pergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang di pakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan tetapi juga meliputi fraseeologi, gaya bahasa yang di ungkapkan. Fraseologi mencakup pesoalan kata-kata pengelompokan atau susunannya atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan.

Selain itu diksi menurut pendapat lain adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan pangguna bahasa yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan kata aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya.

  1. PENERAPAN DIKSI (pilihan kata) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL

Dalam penggunaan kata-kata dalam kalimat harus dipilih secara tepat, sehingga dapat mengungkapkan maksud anda.

Beberapa alasan untuk memilih kata dan menggunakannya secara tepat.

  1. Kata-kata ada yang memiliki makna denotatif dan adapila sekaligus memiliki makna konotatif.
  2. Kata-kata yang memiliki makna umum dan makna khusus.
  3. Kata-kata ada yang memiliki makna sinonim.
  4. Kata-kata ada yang berupa kata ragam formal (baku) dan kata ragam percakapan

(non baku).

  1. Kata-kata perlu digunakan secara tepat.
  2. Kata-kata perlu di tulis secara benar.

sumber : http://hafsahnasution.blogspot.com/2013/03/makalah-diksi.html

Ejaan Yang Disempurnakn (EYD)

Posted: October 14, 2014 in Uncategorized

Ejaan Yang Disempurnakn (EYD)

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
• ‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
• ‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
• ‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
• awalan ‘di-‘ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-‘ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.

1. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a. Huruf pertama kata ganti “Anda”
– Ke mana Anda mau pergi Bang Amat?
– Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan PS3.

b. Huruf pertama pada awal kalimat.
– Ayam kampus itu sudah ditertibkan oleh aparat pada malam jum’at kliwon kemarin.
– Anak itu memang kurang ajar.
– Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan penggemar nya sedunia.

c. Huruf pertama unsur nama orang
– Yusuf Bin Sanusi
– Albert Mangapin Sidabutar
– Slamet Warjoni Jaya Negara

d. Huruf pertama untuk penamaan geografi
– Bunderan HI
– Jalan Rasamala
– Sungai Ciliwung
e. Huruf pertama petikan langsung
– Pak kumis bertanya, “Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?”
– Si panjul menjawab, “Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah jambu monyet”.
– “Ngemeng aja lu”, kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.

f. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
– Camat Pesanggrahan
– Profesor Zainudin Zidane Aliudin
– Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional

g. Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali kata dan).
– Mahkamah Internasional
– Republik Rakyat Cina
– Badan Pengembang Ekspor Nasional

2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
• Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
• Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
• Satu, dua, … tiga!

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
• Saya ingin datang, tetapi hari ini hujan.
• Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
• Saya tidak akan datang kalau hari ini hujan.
• Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
• Dia tahu bahwa soal itu penting.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
• … Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
• … Jadi, soal ujiannya tidak semudah itu.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
• O, begitu?
• Wah, bukan main!
• Hati-hati, ya, nanti jatuh.

g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
• Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
• “Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”

h. Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
• Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
• Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
• Surabaya, 10 mei 1960
• Kuala Lumpur, Malaysia

i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
• Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:
• W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
• B. Ratulangi, S.E.
• Ny. Khadijah, M.A.

l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
• 11,5 m
• Rp22,50

Sumber : http://keranggan.blogspot.com/2009/12/ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html

VARIASI ATAU RAGAM BAHASA INDONESIA

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut si pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).

Ragam bahasa dapat timbul karena adanya kegiatan interaksi social disekitar lingkungan tempat kita tinggal yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan yaitu :
1. Variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa tersebut.
2. Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9): bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

Bahasa Indonesia memiliki banyak sekali ragam dan variasinya, hal ini dikarenakan bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, antara lain :

a. Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa yang harus memenuhi syarat diantaranya benar (menurut kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat , dan sistematis.

Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah :
1) Bahasa Indonesia ragam baku
2) Pengunaan kalimat efektif
3) Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda
4) Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias
5) Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan
6) Adanya keselarasan dan keruntutan antar proposisi dan antar alinea

b.Ragam bahasa tidak ilmiah
Contoh dari bahasa non ilmiah: Beginilah menjelang senja di jantung kota. Sekelompok remaja nongkrong di atas motor model terbaru mereka sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Ada juga remaja atau mereka yang beranjak dewasa duduk berdua-dua, di bangku semen, di atas sadel motor, atau di trotoar. Anak-anak kecil berlarian sambil disuapi orang tuanya. Pengamen yang beristirahat setelah seharian bekerja. Dan orang gila yang tidur di sisi pagar.

Di salah satu bangku kayu panjang, bersisihan dengan remaja yang sedang bermesraan, Reyna duduk menghadap ke jalan. Hanya duduk. Mengamati kendaraan atau orang-orang yang melintas. Menunggu senja rebah di hamparan kota.

Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada di depannya sambil mengulurkan tangan. “Apa kabar?” katanya memperlihatkan giginya yang kekuningan. Asap rokok telah menindas warna putihnya.
“Kamu di sini?” Reyna tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Segala rasa berpendaran dalam hatinya. Senang, sendu, haru, pilu, yang kesemuanya membuat Reyna ingin menjatuhkan dirinya dalam peluk lelaki itu.
Begitu juga Mozes, lelaki tua yang berdiri di depan Reyna. Dadanya bergemuruh hebat mendapati perempuan itu di depan matanya. Ingin ia memeluk, menciumi perempuan itu seperti dulu, tetapi tak juga dilakukannya.

Hingga Reyna kembali menguasai perasaannya, lalu menggeser duduknya memberi tempat Mozes di sebelahnya.
“Kaget?” tanya Mozes, duduk di sebelah Reyna.
Reyna tertawa kecil.
“Gimana?” tanya Reyna tak jelas arahnya. “Lama sekali nggak ketemu.”
“Iya. Berapa tahun ya? Dua lima, tiga puluh?”
“Tiga puluh tahun!” jawab Reyna pasti.
“Ouw! Tiga puluh tahun. Dan kamu masih semanis dulu.”
“Terima kasih,” Reyna tersenyum geli. Masih ’semanis dulu’. Bukankah itu lucu? Kalaupun masih tampak cantik atau manis itu pasti tinggal sisanya saja. Kecantikan yang telah terbalut keriput di seluruh tubuhnya. Tapi kalimat itu tak urung membuat Reyna tersipu. Merasa bangga, tersanjung karenanya.

“Kapan datang?” tanya Reyna. Mulai berani lagi menatap mata lelaki di sebelahnya.
“Belum seminggu,” jawab Mozes.
“Mencariku?” Reyna tersenyum. Sisa genitnya di masa muda.
Mozes tertawa berderai-derai. Lalu katanya pelan, “Aku turut berduka atas meninggalnya suamimu,” tawanya menghilang.

c. Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan oleh pemakai bahasa. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
1) Memerlukan kehadiran orang lain
2) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
3) Terikat ruang dan waktu
4) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

Ragam bahasa lisan meliputi :
1) Ragam bahasa cakapan
Ragam bahasa yang digunakan saat berbicara dengan teman, berbicara dengan orang lain yang lebih muda atau berbicara tidak resmi.
2) Ragam bahasa pidato
Ragam bahasa yang digunakan untuk berpidato di depan orang banyak.
3) Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa yang digunakan saat perkuliahan, misalnya saat mahasiswa berbicara dengan dosen dan saat melakukan presentasi didepan teman-teman dan dosen.
4) Ragam bahasa panggung
Ragam bahasa yang digunakaan saat pentas untuk menghibur orang lain.

Kelebihan :
1) Lebih jelas karena pembicara menggunakan tekanan dan gerak anggota badan, sehingga pendengar lebih mudah mengerti
2) Pembicara dapat langsung melihat ekspresi pendengar
3) Lebih bebas dalam mengungkapkan sesuatu
Kelemahan :
1) Pembicara sering mengulangi kalimat yang telah diucapkan
2) Pendengar belum tentu mendengar jelas apa yang dikatakan pembicara
3) Tidak semua orang bisa menyampaikan sesuatu dengan baik secara lisan

d. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain untuk berbicara
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap
3) Tidak terikat ruang dan waktu
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan

Ragam bahasa tulis meliputi :
1) Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa yang memperhatikan teknis atau cara penulisan.
2) Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa menggunakan bahasa yang resmi.
3) Ragam bahasa catatan
Ragam bahasa yang singkat untuk mengingatkan sesuatu.
4) Ragam bahasa surat
Ragam bahasa untuk menyampaikan suatu informasi.
Kelebihan :
1) Informasi yang disajikan dapat dikemas di dalam media cetak
2) Dapat menambah kosa kata
Kelemahan :
1) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
2) Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.

e. Ragam bahasa sastra
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.

f. Ragam bahasa bidang-bidang tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi. Contoh : diagnosis, USG dipakai dalam bidang kedokteran

Sumber :
•http://teorikux.blogspot.com/2013/10/variasi-dan-ragam-bahasa_1.html
•http://alwi-hafiz.blogspot.com/2013/10/contoh-ragam-bahasa-ilmiah-semi-ilmiah.html